Sunday, October 6, 2013

Kepada Cinta Pertamaku

Bu, entah mengapa anak lelakimu ini menuliskan surat ini di sebuah jejaring sosial yang aku tau ibu tidak pernah membuat akun di jejaring sosial ini. Kalaupun ibu membaca surat ini, mungkin ibu membacanya dari akun milik mbak, atau adik, entahlah.. Mungkin anakmu yang sudah berkumis ini terlalu malu untuk mengatakan bahwa aku sangat menyayangimu.. Oh iya bu, kumisku sudah aku cukur, maaf aku tak mematuhi saranmu untuk mengguntingnya, mencukur lebih praktis menurutku.

Bu, hari ini, ketika mengerjakan tugas bahasa inggris yang kalau ibu tau ini sangat membosankan, tiba-tiba aku mengingatmu. Sms terakhir yang kukirim untukmu berisi tentang seorang anak yang hampir tidak mempunyai pulsa di telepon genggamnya, dan memintamu untuk membelikan pulsa untuknya. Memalukan ya bu, anakmu yang sudah besar ini, masih meminta pulsa padamu. Aku yakin ibu pasti tersenyum membaca smsku, dan sebenarnya aku menunggumu membalas smsku seperti biasanya,"kamu ini sms ibu kalo minta pulsa aja", entah mengapa aku selalu tersenyum membacanya. Bu, sebenarnya aku ingin sekali mengirim sms hanya berisi aku kangen, aku sayang ibu, aku kangen soto ayam buatan ibu, tapi aku malu melakukannya. Entahlah, maaf ya bu, anak jagoanmu ini pengecut, malu rasanya mengatakan bahwa aku sungguh2 merindukan suasana rumah.

Bu, Baru saja aku selesai latihan basket seperti biasa, tapi lututku yang cedera ringan setelah pertandingan kemaren makin sakit. Sedangkan tugas inggris yang membosankan tadi belum juga selesai karena aku pergi latian hari ini sebelum sempat kuselesaikan. Hari ini aku harus terjaga agak lama untuk menyelesaikannya dengan lutut yang sedikit membengkak, agak ngilu memang, aku ingin mendengar ibu memarahiku karena masih memaksa latihan dengan kaki yang cedera, aku ingin ibu mengatakan bahwa ibu tidak akan menghiraukanku jika sepulang latihan melihatku terpincang-pincang, walau akhirnya ibu tetap menyuruhku cepat istirahat dan mengambilkan makanan untukku.

Bu, aku akan tidur lebih malam hari ini. Sama seperti ketika aku di taman kanak-kanak dan ibu mengajariku membaca, masih jelas di ingatanku ketika aku tidak mengerti apa yang aku baca dan aku hanya menghapal gambar yang ada di buku "latihan membaca" dan dengan percaya dirinya menjawab dengan lantang ketika ibu menunjuk gambarnya dan menyuruhku membacanya. Sekali ibu tersenyum, dan terbongkarlah trik yang aku buat. Ibu tidak membolehkanku tidur sebelum bisa mengeja kata apel dengan benar, membiarkanku duduk  di meja belajar dengan lampu belajar tetap menyala, ya hanya lampu belajar, karena semua orang telah tidur. Aku terus berusaha mengingat ejaan apel sambil menangis dan pagi harinya aku terbangun di tempat tidurku. Sekarang lihatlah bu, anakmu tidak hanya bisa membaca, aku hampir menyelesaikan kuliahku.

Bu, aku ingin membuat pengakuan. Ketika di sekolah dasar, sering jika aku lupa meminta tanda tangan ibu untuk ulangan-ulanganku, aku menandatanganinya sendiri dengan meniru tanda tangan ibu. Bukan, bukan karena nilaiku jelek bu, ibu tentu tau semua nilaiku. Ketika itu aku berpikir, tidak penting siapa saja yang menuliskan tanda tangan yang penting ada tanda tangan ibu, sering pula aku membeli makanan ringan di sekolah yang dengan tegas ibu larang karena ketika itu aku pasti sakit ketika memakannya, jujur saja, makanan-makanan itu enak menurutku dan tidak butuh waktu lama untukmu mengetahuinya, karena tidak sampai seminggu aku pasti jatuh sakit,sering aku mati-matian mengatakan bahwa aku tidak membeli apa-apa. Ibu tetap membawaku ke dokter dengan segera, tidak perduli aku berbohong, tidak peduli berapa biaya yang harus ibu keluarkan. Aku yakin,ibu pasti tau kebohonganku. Maaf bu, waktu itu aku tidak pernah berpikir aku akan menyusahkan ibu dengan perbuatan konyolku, pun dengan bagaimana letihnya ibu mencari rupiah untuk menghidupiku.

Bu, ketika pulang sewaktu liburan kemarin ibu mengatakan bahwa hasil pemeriksaan menyatakan kemungkinan ginjal ibu mengalami gangguan, begitu besar syukurku ketika pemeriksaan kedua menyatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Sudah waktunya ibu beristirahat, mungkin ibu bekerja terlalu keras, ingin rasanya aku cepat-cepat menyelesaikan kuliah ini dan meminta ibu berhenti mengerjakan semua sampingan yang melelahkan itu, ibu harus membuat kue kecil untuk keesokan harinya sepulang kerja, karena gaji saja tidak akan cukup menghidupi kami bertiga. Ketika aku sekolah, ibu pergi ke kantor, ketika aku pulang ibu masih di kantor, ketika ibu pulang, ibu masih harus membuat kue, bahkan hingga sangat larut, dan ketika aku bangun pagi, ibu sudah bangun berjam-jam lalu, atau sering hanya tidur beberapa menit. Maaf aku hanya bisa membantu sebisaku. Aku berjanji, ketika aku pulang nanti, aku akan memijat kaki ibu setiap malam sebelum tidur.

Bu, aku tau betapa khawatirnya ibu ketika aku menginjakkan kakiku di sekolah menengah atas. Tapi aku selalu menganggap bahwa kekhawatiran ibu berlebihan, sering aku pulang terlambat, bahkan hingga lewat jam 10 di rumah seorang yang aku anggap spesial ketika itu hanya karena aku ingin menemaninya hingga ayah ibunya pulang ke rumahnya atau menemaninya belajar biologi, entah kenapa dia ingin mengerti biologi, padahal ketika itu aku tau dia sangat ingin masuk desain perhiasan, tidak masuk akal menurutku. Tapi ketika aku pulang, kamu hanya berkata, jangan lewat jam 9 kalo bertamu. Aku tau ibu ingin aku dianggap lelaki yang bisa menempatkan diri di depan orang lain, apalagi di depan orang tua seseorang yang aku anggap spesial ketika itu. 

Bu, aku sungguh minta maaf ketika kelas 2 ibu harus menahan malu karena ada dua nilai yang sangat buruk, nyaris aku tidak naik kelas. Itu murni kesalahanku. Satu-satunya hal yang membuatku bekerja keras ketika akan mencari perguruan tinggi adalah membuat ibu bangga, maafkan anak smamu ini bu,,

Bu, sebentar lagi anakmu ini menyelesaikan kuliahnya, aku sangat menantikan wisuda. Namun maafkan aku bu, mungkin ibu harus menunggu agak lama dan sedikit bersabar mendengar nama anakmu dipanggil, karena anakmu tidak masuk ke rangking tiga besar lulusan tahun depan, tidak seperti saat aku Sekolah Dasar dulu, bahkan seratus besar sekalipun. Aku harap ibu tidak kecewa harus datang jauh-jauh ke jakarta dan masih menunggu lama untuk mendengar namaku disebut. Aku ingin ibu menciumku dan menggumamkan sesuatu padaku, yang pastinya doa terbaik untukku, mau kan bu?

Bu, jika aku tuliskan semua kesalahanku padamu, dan menuliskan semua maafmu untukku, tidak akan cukup malam ini aku merangkumnya. Aku merindukanmu bu, sungguh.

aku sayang ibu,,

Tulisan di atas saya buat pada 2011, 8 bulan sebelum saya wisuda, dengan judul "tulisan yang seharusnya dikatakan". Sekarang, saat makin jauh kita berada, bahkan jam di rumah kita saja tak menunjukkan angka yang sama, saya makin merindukanmu.

anakmu, untuk cinta pertamaku..


Cahya Bagus Mandalukita
Twitter Bird Gadget