Friday, September 20, 2013

Lelah

"Kamu ndak salah nduk."
Cuma itu yang ada di otak dangkalku saat aku berkali-kali jatuh, terluka lagi-lagi saat melewati jalan yang sama. Benci yang kamu rawat dengan begitu subur, hal yang bertunas karena kutanam dengan tak sengaja pada hati malaikat kecilku, balik mencengkram begitu kuat pada setiap laku bidak yang kuputuskan. Dosa yang kubuat tak akan pernah tertebus bahkan dengan tapa barata arjuna yang mengguncang kahyangan barata guru. Maafkan aku nduk, kamu punya banyak hal yang lebih penting daripada untuk membenci hati renta sepertiku. Berkali-kali aku merapal maaf, semoga suatu saat kamu mengamini.

Aku  tidak pernah memikirkan darimana kekuatanmu untuk berkata-kata. Hanya satu yang aku tau, semua kata penuh benci yang kudengarkan, karena kesalahanku. Bahkan saat aku merasa kamu salah pun aku pasti memikirkan bagian kesalahanku. Pernahkah kamu mendengar aku menyalahkanmu atas semua ini, nduk? Maafkan aku nduk jika ternyata pernah, lututku pun akan kurendahkan sampai tanah agar kamu memaafkanku. Sampai saat ini, aku masih terus menahan jariku, saat ingin kutuliskan "maafkan aku sayang", entah kenapa aku begitu yakin kamu akan makin membenciku, aku tak bisa merasakan bencimu lebih dari ini. Biar saja kata-kata itu tak pernah sampai padamu, semoga Tuhan masih berkenan meletakkan maaf yang sama pada hatimu.

Jangan salah paham nduk, aku sudah berhenti mencoba memaksamu untuk kembali bersamaku. Sudah cukup lama aku memutuskan berhenti memaksakan apa yang bukan kehendakmu -yang aku sudah aku sadari bahwa akan membuatmu makin membenciku-. Tapi maaf nduk, aku ndak bisa mengangguk untuk permintaan yang kamu sampaikan padaku tempo hari. Tak akan kutuliskan disini apa yang kamu minta kulakukan, cukup aku dan kamu yang tau. Mereka yang tak pernah tau apa yang terjadi pada kita benar-benar menjadi belatung yang menggerogoti bangkaiku. Aku tak suka mereka menghakimi apa yang terjadi pada kita, entah itu tentang kamu, atau tentang kejatuhanku. Bahkan mereka tak juga memahami saat berkali-kali kuucapkan ini kesalahanku pada awalnya. Akhir sebuah lagu selalu bermula dari intro, aku yang memainkan melodi intro itu, bukan kamu.

Begitu juga dengan alasan otakku menolak untuk mengamininya,sudah kujelaskan kepadamu, pada pesan yang hingga saat ini belum kamu baca, mungkin namaku sudah kamu masukkan pada kotak sampah di contact milikmu, yang walupun kamu baca, aku yakin kamu tetap menganggapku bocah. Maaf nduk, aku ndak bisa. Aku merasa menjadi orang lain saat mencoba melakukannya. Jika aku harus menjadi orang lain untuk menjadi seseorang yang kamu cintai, mungkin kamu sudah menemukan sosok yang kamu cintai, yang membuatmu menginginkan aku sesempurna dirinya. Dari awal aku berharap kamu mencintaiku, bukan mencintai sosok yang kamu cinta.

Ndak tau, aku bener-bener ndak tau, apa memang kamu sudah ndak sayang sama aku waktu kamu mulai membenciku, hal yang menurutku aneh nduk, mungkin aku cuma belum tau cara untuk melakukan hal yang sama, entahlah. Tapi yang aku tau nduk, saat kamu memilih membiarkan perihal itu meringkuk di hatimu,maka dia akan tetap disana, saat semuanya berakhir,dia akan tetap ada disana, mungkin nyalanya mengecil, tapi dia ada nduk, jika kamu berkata dia mati, kamu pasti berbohong nduk. Jika memang bencimu lebih besar, lakukan saja nduk. Apa yang aku bicarakan ndak bohong, aku ndak mengharapkan hubungan kita kembali seperti dulu, aku ndak pernah ngomong dia mati nduk, aku cuma ndak boleh terus diam di sini. 
            
Majulah dan berhenti menyayanginya, banyak yang lebih baik darinya, terlalu banyak orang yang menyarankan hal itu padaku. Apa kamu mengikuti salah satunya nduk? Jika aku hanya memilih maju, dan tetap peduli padamu, tolong tunjukkan kesalahan atas keputusanku nduk. Ya, aku peduli, hanya peduli, bukan ingin memilikimu lagi. Adu mulut yang makin kacau membuat ambisiku untuk bertahan mengejarmu hilang, Aku cuma ingin adu mulut itu berakhir. Banyak celaan yang mengatakan ini omong kosong, aku hanya bisa mengatakan, aku bukan mereka. Tak cukupkah?

Mungkin kamu benar nduk,aku memang makhluk paling aneh, menyebalkan, juga membosankan sedunia. Aku , sampai saat ini belum memungut penyelesaian selama aku berjalan, buntu. Apa yang aku lakukan selalu berakhir dengan kemarahanmu, tapi penyelesaian yang kamu tawarkan ndak pernah bisa aku terima nduk, kamu ndak memberi pilihan yang lain, take it or leave it. Hingga saat ini aku masih memilih untuk bergentayangan diantaranya, mencari penyelesaian yang lain.

Dan kalian, tolong jangan menerka-nerka. Ini bukan tentang pemujaan, tak ada yang dipuja dan memuja. Hanya lelah.
         

Cahya Bagus Mandalukita
      

Wednesday, September 18, 2013

Sesungging Petikan

When there is love, you can live even without hapiness
                            -notes from underground-

idealisme yang membuat tersungging,sebuah senyuman:)

Tuesday, September 10, 2013

Tanda Tanya

Seorang lelaki dengan bekas luka yang tak pernah bisa kamu lihat dengan mata,

kembali tersenyum setelah lama berduka atas sebuah kekalahan dari bayangannnya sendiri, bangkit atas kematian yang tak membunuhnya baru sekali,

mendaki jengkal setelah jungkal sekali mengitari matahari,
semua teman-temannya berkata bahwa seseorang di luar sana tercipta untuknya, hampir semuanya sedang bahagia,dan tak ada celah baginya untuk begitu saja percaya,

fakta tak pernah sekalipun di dapat dari kata-kata, kali ini dia mencoba mencari kebenaran serangkaian kata hiburan teman-temannya,mencari cara menemukan satu cela diantara milyaran sempurna,

sebuah cara dicoba, jari-jarinya mengetikkan alamat blog miliknya,dan mulai menulis,blog yang bahkan hanya dikunjungi beberapa pengangguran sekenanya,

dan ia mulai membuat 20 daftar pertanyaan untuk siapapun yang membacanya,setidaknya blog miliknya bisa di akses oleh seluruh dunia,biarpun bisa memiliki definisi yang sangat berbeda dengan [asti,,blog miliknya tidak mendunia,tentu saja,
sudahlah,baca saja,

Kepadamu entah siapa disana,

setidaknya dengan ini aku mengenal kamu yang mungkin tak pernah sekalipun aku tau,sebentar saja berikan kunci matamu agar kucuri perhatianmu dengan santun,jawab saja sesukamu, mungkin kamu bisa ajak teman-temanmu,sesukamu,siapa saja mereka,
tenang saja,ini bukan wawancara kerja,bahkan aku tidak akan mampu menggajimu kalau kamu bisa menjawab semuanya sekalipun,

1. Seorang pengganggu yang selalu mengikutimu,atau seorang teman yang tak pernah ada?
2. Sebutkan saja jumlah waktu yang kamu habiskan untuk, a.)saling menatap mata, b.)berpikir mengenai dirimu sendiri dan menertawakannya lain kali, c)meneguk kopi dan menarik nafas
3. Kecupan di kening,atau belaian pada rambutmu yang entah lurus panjang,ikal,berponi,atau entahlah bagaimana?
4.apakah kamu bertanya siapa aku?
5.Mana yang paling kamu rindukan?kecupan di kening,mencium punggung tangan, atau jari-jari yang memijat kepalamu saat mandi?
6. piano atau biola?
8. Pengemis renta atau pengamen kecil?
9.  Berenang dan tenggelam,atau berlari dan patah kaki?
10. ......
11. kamu atau aku?
12. Logaritma atau gerak parabola?
13. Membenci seseorang yang kamu sayang,atau dibenci orang yang kamu sayang?
14. Seberapa sering kamu menuliskan "aku merindukanmu?"
15. Pertanyaan ke lima belas, ingin kutanyakan sekarang,atau nanti saat aku berjabat malu-malu?
16.Lumba-lumba berkulit licin,atau kucing persia yang membuatku bersin tapi tak pernah berhenti menggendongnya?
17. apa yang kamu pikirkan tentang no 10?
18. Bagaimana caramu memaafkan seseorang?menggeleng, mengangguk,menatap,atau meratap?
19. Berapa besar ruang yang kamu sisakan untuk masing-masing orang yang pernah kamu maafkan?
20. Jika aku memintamu mencari sesuatu tentang nomer tujuh,kemana kamu akan mencarinya?

hingga saat ini dia melihat tidak ada seorangpun yang menjawab pertanyaan-pertanyaannya, dan tersenyum menertawakan dirinya sendiri.


13.12 11 September 2013


Cahya Bagus Mandalukita

Monday, September 9, 2013

September Jatuh

September berseru gema.
menyeru kabar sebelah hati tersenyum bahagia, sedang pasangannya mengeras tak lagi berasa.
keduanya hilang, rasa, juga asa.
setahun lalu.

September, gagal menggigil.
berkali-kali mencoba membeku.
buka mata, apa yang dipuja tidak pernah gagal cela.
Penghamba tak mencari iba
mereka melihatmu sepenuh jenuh tuduh, meneduh, tak sekalipun menjauh.
jangan juga kamu tanyakan mereka tentang cela, mereka tak pernah tau
baginya tak ada cela, hanya bagian dekap cinta

September benci mencaci,
mengangkat pedang getah, berbekas pada degup gugup
berdansa pada sayatan patah, ranting,juga kata
bukan, hati tidak patah, mereka tumbal tumbang

September, mencandu rindu
belah bilah bermata dua, menghentikan debar hambar senyum, pada perang paling hangat
sebuah sumber kelahiran, menarik restu berganti pastu,
mengetuk kutuk anggukan Tuhan.

September, pulang tergesa
berjingkat cepat mengendap genap
mengejar kereta yang sudah meninggalkannya kemarin sore
berlari sejajar dengan seorang gadis mengikuti kata hati,
sekali bersilang, lalu semakin menjauh

September, dengan semua harapan yang jatuh padanya menahan lebam beban.
  
7 September 2013















Cahya Bagus Mandalukita
Twitter Bird Gadget