Bu, entah mengapa anak lelakimu ini menuliskan surat ini di sebuah
jejaring sosial yang aku tau ibu tidak pernah membuat akun di jejaring
sosial ini. Kalaupun ibu membaca surat ini, mungkin ibu membacanya dari
akun milik mbak, atau adik, entahlah.. Mungkin anakmu yang sudah berkumis
ini terlalu malu untuk mengatakan bahwa aku sangat menyayangimu.. Oh iya bu, kumisku sudah aku cukur, maaf aku tak mematuhi saranmu untuk mengguntingnya, mencukur lebih praktis menurutku.
Bu, hari
ini, ketika mengerjakan tugas bahasa inggris yang kalau ibu tau ini
sangat membosankan, tiba-tiba aku mengingatmu. Sms terakhir yang kukirim
untukmu berisi tentang seorang anak yang hampir tidak mempunyai pulsa di
telepon genggamnya, dan memintamu untuk membelikan pulsa
untuknya. Memalukan ya bu, anakmu yang sudah besar ini, masih meminta
pulsa padamu. Aku yakin ibu pasti tersenyum membaca smsku, dan
sebenarnya aku menunggumu membalas smsku seperti biasanya,"kamu ini sms
ibu kalo minta pulsa aja", entah mengapa aku selalu tersenyum
membacanya. Bu, sebenarnya aku ingin sekali mengirim sms hanya berisi aku
kangen, aku sayang ibu, aku kangen soto ayam buatan ibu, tapi aku malu
melakukannya. Entahlah, maaf ya bu, anak jagoanmu ini pengecut, malu
rasanya mengatakan bahwa aku sungguh2 merindukan suasana rumah.
Bu, Baru
saja aku selesai latihan basket seperti biasa, tapi lututku yang cedera
ringan setelah pertandingan kemaren makin sakit. Sedangkan tugas inggris
yang membosankan tadi belum juga selesai karena aku pergi latian hari
ini sebelum sempat kuselesaikan. Hari ini aku harus terjaga agak lama
untuk menyelesaikannya dengan lutut yang sedikit membengkak, agak ngilu
memang, aku ingin mendengar ibu memarahiku karena masih memaksa latihan
dengan kaki yang cedera, aku ingin ibu mengatakan bahwa ibu tidak akan
menghiraukanku jika sepulang latihan melihatku
terpincang-pincang, walau akhirnya ibu tetap menyuruhku cepat
istirahat dan mengambilkan makanan untukku.
Bu, aku akan
tidur lebih malam hari ini. Sama seperti ketika aku di taman kanak-kanak
dan ibu mengajariku membaca, masih jelas di ingatanku ketika aku tidak
mengerti apa yang aku baca dan aku hanya menghapal gambar yang ada di
buku "latihan membaca" dan dengan percaya dirinya menjawab dengan
lantang ketika ibu menunjuk gambarnya dan menyuruhku membacanya. Sekali
ibu tersenyum, dan terbongkarlah trik yang aku buat. Ibu tidak
membolehkanku tidur sebelum bisa mengeja kata apel dengan
benar, membiarkanku duduk di meja belajar dengan lampu belajar tetap
menyala, ya hanya lampu belajar, karena semua orang telah tidur. Aku terus
berusaha mengingat ejaan apel sambil menangis dan pagi harinya aku
terbangun di tempat tidurku. Sekarang lihatlah bu, anakmu tidak hanya bisa membaca, aku hampir menyelesaikan kuliahku.
Bu, aku
ingin membuat pengakuan. Ketika di sekolah dasar, sering jika aku lupa
meminta tanda tangan ibu untuk ulangan-ulanganku, aku menandatanganinya
sendiri dengan meniru tanda tangan ibu. Bukan, bukan karena nilaiku jelek bu, ibu tentu tau semua nilaiku. Ketika itu aku berpikir, tidak
penting siapa saja yang menuliskan tanda tangan yang penting ada tanda
tangan ibu, sering pula aku membeli makanan ringan di sekolah yang dengan
tegas ibu larang karena ketika itu aku pasti sakit ketika
memakannya, jujur saja, makanan-makanan itu enak menurutku dan tidak butuh
waktu lama untukmu mengetahuinya, karena tidak sampai seminggu aku pasti
jatuh sakit,sering aku mati-matian mengatakan bahwa aku tidak membeli
apa-apa. Ibu tetap membawaku ke dokter dengan segera, tidak perduli
aku berbohong, tidak peduli berapa biaya yang harus ibu keluarkan. Aku yakin,ibu pasti tau kebohonganku. Maaf bu, waktu
itu aku tidak pernah berpikir aku akan menyusahkan ibu dengan perbuatan
konyolku, pun dengan bagaimana letihnya ibu mencari rupiah untuk menghidupiku.
Bu, ketika
pulang sewaktu liburan kemarin ibu mengatakan bahwa hasil pemeriksaan
menyatakan kemungkinan ginjal ibu mengalami gangguan, begitu besar
syukurku ketika pemeriksaan kedua menyatakan bahwa semuanya baik-baik
saja. Sudah waktunya ibu beristirahat, mungkin ibu bekerja terlalu
keras, ingin rasanya aku cepat-cepat menyelesaikan kuliah ini dan meminta
ibu berhenti mengerjakan semua sampingan yang melelahkan itu, ibu harus
membuat kue kecil untuk keesokan harinya sepulang kerja, karena gaji
saja tidak akan cukup menghidupi kami bertiga. Ketika aku sekolah, ibu
pergi ke kantor, ketika aku pulang ibu masih di kantor, ketika ibu
pulang, ibu masih harus membuat kue, bahkan hingga sangat larut, dan ketika
aku bangun pagi, ibu sudah bangun berjam-jam lalu, atau sering hanya
tidur beberapa menit. Maaf aku hanya bisa membantu sebisaku. Aku
berjanji, ketika aku pulang nanti, aku akan memijat kaki ibu setiap malam
sebelum tidur.
Bu, aku tau betapa khawatirnya ibu ketika
aku menginjakkan kakiku di sekolah menengah atas. Tapi aku selalu
menganggap bahwa kekhawatiran ibu berlebihan, sering aku pulang
terlambat, bahkan hingga lewat jam 10 di rumah seorang yang aku anggap
spesial ketika itu hanya karena aku ingin menemaninya hingga ayah ibunya
pulang ke rumahnya atau menemaninya belajar biologi, entah kenapa dia
ingin mengerti biologi, padahal ketika itu aku tau dia sangat ingin masuk
desain perhiasan, tidak masuk akal menurutku. Tapi ketika aku pulang, kamu
hanya berkata, jangan lewat jam 9 kalo bertamu. Aku tau ibu ingin aku
dianggap lelaki yang bisa menempatkan diri di depan orang lain, apalagi
di depan orang tua seseorang yang aku anggap spesial ketika itu.
Bu, aku
sungguh minta maaf ketika kelas 2 ibu harus menahan malu karena ada dua
nilai yang sangat buruk, nyaris aku tidak naik kelas. Itu murni
kesalahanku. Satu-satunya hal yang membuatku bekerja keras ketika
akan mencari perguruan tinggi adalah membuat ibu bangga, maafkan anak
smamu ini bu,,
Bu, sebentar lagi anakmu ini menyelesaikan
kuliahnya, aku sangat menantikan wisuda. Namun maafkan aku bu, mungkin ibu
harus menunggu agak lama dan sedikit bersabar mendengar nama anakmu
dipanggil, karena anakmu tidak masuk ke rangking tiga besar lulusan
tahun depan, tidak seperti saat aku Sekolah Dasar dulu, bahkan seratus besar sekalipun. Aku harap ibu tidak kecewa
harus datang jauh-jauh ke jakarta dan masih menunggu lama untuk mendengar
namaku disebut. Aku ingin ibu menciumku dan menggumamkan sesuatu
padaku, yang pastinya doa terbaik untukku, mau kan bu?
Bu, jika aku tuliskan semua kesalahanku padamu, dan menuliskan semua maafmu untukku, tidak akan cukup malam ini aku merangkumnya. Aku merindukanmu bu, sungguh.
aku sayang ibu,,
Tulisan di atas saya buat pada 2011, 8 bulan sebelum saya wisuda, dengan judul "tulisan yang seharusnya dikatakan". Sekarang, saat makin jauh kita berada, bahkan jam di rumah kita saja tak menunjukkan angka yang sama, saya makin merindukanmu.
anakmu, untuk cinta pertamaku..
Cahya Bagus Mandalukita