Thursday, April 11, 2013

Tanda Baca



Ada saatnya kita berada pada satu titik, dimana aku adalah koma, karenanya kamu berhenti sebentar saja. Lalu kuputuskan mengakhiri diriku dengan dua koma, berharap kamu berhenti sedikit lebih lama. Sempat aku berseru, menegaskan banyak hal yang kamu tak pernah tau, pada akhirnya tetap menyisakan tanda tanya, percuma.

Aku tak begitu menyukai titik,mereka keras, juga terlalu tegas. Mereka berkata semua sudah selesai, tapi terus memulai sesuatu yang lain, hanya untuk membuat semuanya kembali berakhir. Karenanya aku jatuh cinta pada koma, mereka membuatmu berhenti sejenak untuk berpikir, lalu kembali mengalunkan kisah cintanya.

Kadang kamu menekan titik dengan pena hitam dalam tangisan, mengakhiri semua kisah bahagia dengan kesedihan. Sedang aku masih bertahan dengan koma, menanti siapa yang akan melanjutkan kisah menjadi bahagia. Alasan yang kuat untuk sebuah perpisahan, saat merasa tak sejalan dan tak mau saling bertahan.

Kamu berkedip dengan titik koma,begitu genit. Mampu membuat seorang prajurit dengan kapak penuh darah terbang ke langit, pun seorang raja buruk rupa terguling dari singgasananya berkuasa.

Sepasang tanda petik mengurung sebuah percakapan, abadi dalam kata, dikenang sebagai bahagia, mengakhiri cerita sebelum terpejamnya mata. Tanda petik yang sama, menyimpan semua pertengkaran sepasang kekasih yang kulihat begitu hangat kemarin, dan sekarang mereka kembali berjabat tangan untuk berkenalan, bodoh.

Jika semua kata adalah rahasia, aku adalah tanda baca yang memecahkan misteri tentang apa yang kamu rasa. Bahkan sesekali kamu menuliskan tanda baca tanpa kata, semua yang tak akan pernah mampu kamu rahasiakan.

Garis miring masih terus mengataukan kita, aku, kamu, dan dia. Memberikan pilihan atas apa yang kamu sebut logika cinta, lalu salah satu dari kita terbang, pergi dengan huruf besar dan tanda seru. Muak atas pembelaan yang terucap dengan banyak koma.

Tanda tanya terus merintik, menghujani akhir yang kau tuliskan dengan titik sebanyak tiga kali. Kamu sendiri tak yakin mengakhirinya dan terus berkata tentang semua hal mengenai rasa syukur akan sebuah kehilangan. Ada belati tajam pada setiap katamu, menyayat daging yang telah dibius cinta, tak sakit ternyata.

Aku terus menekan tombol enter, tanpa mengetik satu katapun. Hanya ada satu titik pada akhir kertas yang kucetak berlembar-lembar. Kertas itu bukan kosong, hanya kata-kata yang tak pernah mau peduli padanya.

Tanda baca tak hanya melulu tentang intonasi,caramu membaca sebuah sajak cinta. Titik dua dan kurung tutup, mereka tak pernah gagal memperbaiki suasana hati,pun tak pernah gagal membuat penyair menari di atas puisi.



Cahya Bagus Mandalukita,,

Thursday, April 4, 2013

140 perihal #TidakSemuaHitamBersalah



Kertas lusuh mencerca pena,yang meninggalkan jejak hitam,melebar,menoda apa yang kau puja,putih yang kau kira suci #hitamtidakbersalah

Laut terlihat gelap,mencermin bintang bersolek,yang cemburu pada matamu,karenanya mereka terlihat biasa,tak lagi istimewa #hitamtidakbersalah

Gagak hitam berbulu mengkilat, lewat sekelebat, mengabarkan berita bahwa kau telah bahagia,bukan berita duka bagi mereka #hitamtidakbersalah

Kekar tubuh,hitam legam,mencacah tanah,pada medan amarah rha,mencari berkah bumi, dua anaknya menunggu sepiring nasi di rumah #hitamtidakbersalah

Dengan Pandangan gelap, berjalan meraba-raba, merasa udara, bergantung pada sebuah tongkat meraih asa #hitamtidakbersalah

Pada gelap malam, mereka menapak,bercahaya obor,menggemakan nama Tuhan, pada hari terakhir ramadhan. #hitamtidakbersalah

Pelangi adalah senyum mendung yang bergembira,mengucapkan selamat datang pada setiap tunas yang lahir atas hujan. #hitamtidakbersalah

Gadis kecil tersenyum, terpejam dalam gelap, kecupan ibunya, pusaka terkuat yang menemaninya terlelap  #hitamtidakbersalah

Gadis itu tersenyum dalam gelap kamar,dihias begitu indah,malam terakhir dia menyandang gelar gadis, gelap pertama setelah janji setia, selamanya #hitamtidakbersalah

Terlalu cepat kalian menghakimi hitam dan gelap, mereka romantis, kadang sedikit erotis.
#hitamtidakbersalah

Cahya Bagus Mandalukita

Wednesday, April 3, 2013

Untukmu Dua Hari Lagi


Terlahir atas doanya, yang terdiam setiap kali sedikit kucabik hatinya dengan belati kata,tak berdarah memang. Luka dalam memang tak pernah mengucur, dia lebam dan membusuk, dosa besar yang sepertinya terus kutumpuk.

Wanita yang menjaga hasil perbuatan ayahku, berjuang sangat keras menunjukkanku sebuah dunia.

Aku menangis setiap kamu meninggalkan rumah, tangis yang menyayat luka hingga memeras darah, waktu itu aku belum tau jika kau banting tulangmu untuk sekedar membelikanku beras merah.

Aku tak ingat detailnya,tapi kamu tahu betul caranya memahat,dan kamu punya alasan yang sangat kuat kenapa tidak melukis kertas putihku, dan memilih memahat batu keras pada kepala batu. Lukisan akan hancur saat hujan, dan kusam karena panas, pahatan tidak. Dan kamu menangis saat memahat otakku dengan keras. Kamu pasti tau, kadang itu menyakitkan.

Langkah pertamaku ragu-ragu,satu dua tapak dan terjatuh lalu  menangis, sekitarku tertawa. Kamu mengangkatku,mencium keningku,dan tersenyum saja. Bahkan tangisku pun mungkin menyakitimu.

Umurku dua, ketika aku mulai belajar berkata,mungkin bukan namamu yang kuucap pertama, jujur tak satu adeganpun terekam dengan jelas pada balon ingatanku,sutradara tidak mengijinkanku menyimpannya,entah kenapa. Tapi rasanya saat itu kamu tetap bertepuk tangan gembira.

Kamu, memangkas sendiri rambutku, dan sedikit daun kupingku hingga umurku hampir sepuluh, masih berbekas potongannya pada telinga kananku, kenapa tak kau potong habis saja, sehingga tak ada hal yang membuatku rindu padamu.

Kamu memandikanku lewat tengah malam, rasanya ketika aku berumur lima. Aku menolak mentah-mentah ajakanmu untuk memandikanku saat senja, tepat sebelum matahari tenggelam. Jadi jangan salahkan aku jika aku hanya mandi sekali saat aku libur, sebenarnya aku menunggu kau mengguyurku tengah malam, tapi tak pernah lagi kau lakukan. Satu hal lagi, tentangmu yang kurindukan.

Dua kata yang tak pernah aku lupakan, apel dan garuda. Seorang anak kecil dengan cerdiknya menghapalkan gambar saat kau menyuruhku mengeja kata-kata pada buku berjudul “Belajar Membaca”.  Aku tak pernah bisa mengejanya saat itu, jadi kuhapalkan saja gambar di atasnya,setiap kau tunjuk ejaannya, aku menjawab dengan lantang. Siapa yang tak tau jika itu gambar apel dan burung garuda. Memang benar kata orang-orang,kecerdasan anak laki-laki selalu menurun dari inang betina,dan kamu tersenyum, menutup gambar-gambar itu, dalam sekejap,aku menjadi anak kecil dengan intelektualitas paling tengkurap sedunia.

Entah nenek sihir mana yang merasukimu, kamu menyuruhku mempelajari buku itu semalaman, hanya lampu mejaku yang tak kau matikan, lalu aku belajar mati-matian, juga menangis tentu saja. Rasanya aku ingat betul jika aku tertidur di meja,dan paginya,kamu sudah ada di sampingku,pada dipan paling nyaman dari istana kerajaan dongeng manapun, kamu tidur, memelukku.

Cinta pertama yang mengajariku rasanya malu-malu saat ada kecupan pada pipi, saat itu aku merasa orang paling dewasa di dunia,sekarang aku tau,orang dewasa akan merindukan saat sosok sepertimu mengecup kening mereka.

Saya pergi empat tahun yang lalu, alih-alih menuntut ilmu,aku lebih merasa menjadi benalu,lintah kubangan kerbau yang tak berhenti memaksamu bekerja lebih keras memenuhi kebutuhanku disini.
Sejak itu,aku dan kamu,cinta pertamaku,sampai sekarang kita menjalani cinta jarak jauh.

Dunia ini aneh, aku tak mengerti cara Tuhan menyusun kertas kerja atas hidupku,dulu, aku sangat ingin memiliki ruanganku sendiri,berkuasa atas kotak kosong yang saat itu sangat jarang kusinggahi,ya,semua orang dewasa yang kulihat punya kotak besar kerajaan mereka sendiri. Dan sekarang,setiap kali aku kembali padamu,tak pernah sekalipun aku melewatkan tidur dengan memelukmu, di kamar yang sangat ingin aku tinggalkan,tujuh tahun yang lalu.

Hari ke enam pada bulan ke empat kamu akan merayakan saat 48 tahun sudah Tuhan tak lelah mengurangi umurmu,sejak 1965,jika aku tak salah mengingat, semoga tidak salah. Aku berdoa,  semoga pada sisa umurku, sempat membahagiakanmu.

Untukmu dua hari lagi, Selamat ulang tahun
Anakmu,


Cahya Bagus Mandalukita
Twitter Bird Gadget