Showing posts with label puisi pendek. Show all posts
Showing posts with label puisi pendek. Show all posts

Monday, January 19, 2015

Jasad-jasad yang Hilang






nanti, kalian akan mendengarkan syair-syair ini menguar dari dalam kotak hitam
agar kalian menemukan ingatan-ingatan untuk kalian kenang dalam kesedihan
maka agar ingatan itu nyata, kulantunkan di dalamnya seluruh kejadian
sebelum jasadku hilang dan tak bisa kalian temukan

di dalam pesawat itu,
aku melihat pramugari dengan keanggunan yang tampak begitu asing
berdoa dalam dekap kecup ibunya masing-masing
di sela-sela kepasrahan aku menyaksikan iman yang perlahan
tumbuh begitu menghutan, merambat cepat dirawat kematian

di dalam pesawat itu,
aku juga mendengar malaikat-malaikat bermain sangkakala
diantara manusia-manusia yang juga bermain-main sangka
ditiup begitu lirih, bernada sedemikian pedih
telingaku menikmati setiap repih, setiap serpih
seperti orkestra yang membuatku ingin menari

aku tak seperti orang-orang itu,
tak ada yang menanti, tanpa seorangpun yang mencari
bagiku tak perlu ada pemakaman yang harus dirayakan
tak ada perayaan yang perlu dimakamkan
jadi bukan masalah jika jasadku hilang dan tak bisa kalian temukan

aku seperti orang-orang itu,
mereka yang sendirian dan ingin dibiarkan menikmati kematian
biarkan kami menjadi makanan ikan-ikan kelaparan
sebab barangkali hanya yang demikian bisa dilakukan
untuk memerangi kemiskinan

aku mungkin juga orang-orang itu
sesekali ingin juga dirindukan, rindu juga diinginkan
barangkali sesekali aku akan menemuimu,
bersama asin garam dan anyir ikan
atau jika kau merindukanku,
pergilah pada sepanjang pantai landai
di sana aku dimakamkan bersama bangkai-bangkai kerang

nanti, kalian akan mendengarkan syair-syair ini menguap dari dalam kotak hitam
setelah para penguasa tak lagi merasa perlu mencari muka
maka lebih baik kukatakan sekarang
aku hilang dan tak ingin ditemukan.


Timika, 20 Januari 2015




Wednesday, October 15, 2014

Tiga Catatan Setelah Bermimpi Buruk

I.
Kamu pernah mimpi buruk sebelum tidur tidak?
Dulu aku tidak pernah tidak.
Mimpi-mimpi buruk datang berjingkat dan duduk di tepian otak,
Lalu bersandar rendah pada pinggiran pundak.
Bersama kenangan, mereka datang membawa sekantong besar masa lalu,
Memasukkannya lagi dalam kepalaku, satu-satu.

II

Waktu yang seperti itu selalu menyanggahku perihal kenyataan juga mimpi
Di sela-selanya terpancang tugu-tugu kenangan tegak berdiri.
Terikat dengan tali-tali ingatan begitu rapi.
Di sana tertulis tentang semua hal yang kamu anggap mati
Juga sebesar apa diriku kamu benci
Sekiranya aku peduli, 
Lebih kupilih menyusupkan beberapa anak-anak puisi
Agar mereka terus mengingatkanmu seberapa mudah kamu pergi

III

Begini saja, kita buat sebuah perjanjian;
Akan menjadi hakmu semua yang tertulis dalam kenangan
dan adalah milikku semua yang terikat ingatan,
tentang anak-anak puisi yang kususupkan?
Mereka sudah tumbuh besar di sela-sela mata yang pejam
Lalu menghilang setelah habis malam


Oktober, 2014

Twitter Bird Gadget