Wednesday, September 23, 2015

Aku terpaku beberapa Saat




Istriku sedang ada tugas ke daerah lagi dan aku akan kesepian lagi sebulan ke depan. Malang bagiku jadi lelaki rumah tangga. Sialnya, aku ini lelaki yang gampang tergoda jika tidak ada kegiatan sepanjang hari. Kau tahu lah godaan macam apa, tidak perlu kusebutkan. Biasa, Lelaki. Apalagi ini hari Sabtu, apalagi ada Alina, anak Bik Ijah, yang sudah menggantikan pembantuku itu sejak sebulan yang lalu. Gadis ranum di hari libur begini itu godaan hebat bagi laki-laki.
Jangan salah, aku ini lelaki baik-baik. Tergoda bukan berarti aku akan berbuat dosa. Tapi kali ini berbeda. Setan itu memang berengsek, waktu aku melewati kamar Alina, gordennya yang merah muda sedikit terbuka. Hal paling berengseknya adalah Alina sedang bercermin hanya menggunakan kutang dan celana dalam. Kutang yang menutupi sesuatu yang baru ingin merekah. Aku terpaku beberapa saat. Sialan.
Jangan salah. Aku ini lelaki baik, lho. Alina itu seumuran anakku. Kuketuk pintunya sekedar ingin mengingatkan Alina yang sudah kuanggap anak bungsuku itu.
Tepat pada ketukanku yang ketiga. Kau tahu Alina bilang apa? Kau tahu?
“Pintu tidak kukunci tante sayang, tidak jadi keluar kota? Asal kali ini tidak berisik ya, suamimu ada di ruang tamu.”
Aku terpaku lagi beberapa saat.
***
*ditulis untuk meramaikan Prompt #89 oleh Monday FlashFiction, jika ingin meramaikan silahkan berkunjung kemari.
Twitter Bird Gadget