Terlahir atas doanya, yang terdiam setiap kali sedikit kucabik
hatinya dengan belati kata,tak berdarah memang. Luka dalam memang tak pernah
mengucur, dia lebam dan membusuk, dosa besar yang sepertinya terus kutumpuk.
Wanita yang menjaga hasil perbuatan ayahku, berjuang sangat keras
menunjukkanku sebuah dunia.
Aku menangis setiap kamu meninggalkan rumah, tangis yang menyayat
luka hingga memeras darah, waktu itu aku belum tau jika kau banting tulangmu
untuk sekedar membelikanku beras merah.
Aku tak ingat detailnya,tapi kamu tahu betul caranya
memahat,dan kamu punya alasan yang sangat kuat kenapa tidak melukis kertas
putihku, dan memilih memahat batu keras pada kepala batu. Lukisan akan hancur
saat hujan, dan kusam karena panas, pahatan tidak. Dan kamu menangis saat
memahat otakku dengan keras. Kamu pasti tau, kadang itu menyakitkan.
Langkah pertamaku ragu-ragu,satu dua tapak dan terjatuh
lalu menangis, sekitarku tertawa. Kamu
mengangkatku,mencium keningku,dan tersenyum saja. Bahkan tangisku pun mungkin
menyakitimu.
Umurku dua, ketika aku mulai belajar berkata,mungkin bukan
namamu yang kuucap pertama, jujur tak satu adeganpun terekam dengan jelas pada
balon ingatanku,sutradara tidak mengijinkanku menyimpannya,entah kenapa. Tapi
rasanya saat itu kamu tetap bertepuk tangan gembira.
Kamu, memangkas sendiri rambutku, dan sedikit daun kupingku
hingga umurku hampir sepuluh, masih berbekas potongannya pada telinga
kananku, kenapa tak kau potong habis saja, sehingga tak ada hal yang membuatku
rindu padamu.
Kamu memandikanku lewat tengah malam, rasanya ketika aku
berumur lima. Aku menolak mentah-mentah ajakanmu untuk memandikanku saat
senja, tepat sebelum matahari tenggelam. Jadi jangan salahkan aku jika aku hanya
mandi sekali saat aku libur, sebenarnya aku menunggu kau mengguyurku tengah
malam, tapi tak pernah lagi kau lakukan. Satu hal lagi, tentangmu yang
kurindukan.
Dua kata yang tak pernah aku lupakan, apel dan garuda.
Seorang anak kecil dengan cerdiknya menghapalkan gambar saat kau menyuruhku
mengeja kata-kata pada buku berjudul “Belajar Membaca”. Aku tak pernah bisa mengejanya saat itu, jadi
kuhapalkan saja gambar di atasnya,setiap kau tunjuk ejaannya, aku menjawab
dengan lantang. Siapa yang tak tau jika itu gambar apel dan burung garuda.
Memang benar kata orang-orang,kecerdasan anak laki-laki selalu menurun dari
inang betina,dan kamu tersenyum, menutup gambar-gambar itu, dalam sekejap,aku
menjadi anak kecil dengan intelektualitas paling tengkurap sedunia.
Entah nenek sihir mana yang merasukimu, kamu menyuruhku
mempelajari buku itu semalaman, hanya lampu mejaku yang tak kau matikan, lalu aku
belajar mati-matian, juga menangis tentu saja. Rasanya aku ingat betul jika aku
tertidur di meja,dan paginya,kamu sudah ada di sampingku,pada dipan paling nyaman dari istana kerajaan dongeng manapun, kamu tidur, memelukku.
Cinta pertama yang mengajariku rasanya malu-malu saat ada
kecupan pada pipi, saat itu aku merasa orang paling dewasa di dunia,sekarang
aku tau,orang dewasa akan merindukan saat sosok sepertimu mengecup kening
mereka.
Saya pergi empat tahun yang lalu, alih-alih menuntut
ilmu,aku lebih merasa menjadi benalu,lintah kubangan kerbau yang tak berhenti
memaksamu bekerja lebih keras memenuhi kebutuhanku disini.
Sejak itu,aku dan kamu,cinta pertamaku,sampai sekarang kita
menjalani cinta jarak jauh.
Dunia ini aneh, aku tak mengerti cara Tuhan menyusun kertas
kerja atas hidupku,dulu, aku sangat ingin memiliki ruanganku sendiri,berkuasa
atas kotak kosong yang saat itu sangat jarang kusinggahi,ya,semua orang dewasa
yang kulihat punya kotak besar kerajaan mereka sendiri. Dan sekarang,setiap kali aku kembali padamu,tak pernah
sekalipun aku melewatkan tidur dengan memelukmu, di kamar yang sangat ingin aku
tinggalkan,tujuh tahun yang lalu.
Hari ke enam pada bulan ke empat kamu akan merayakan saat 48
tahun sudah Tuhan tak lelah mengurangi umurmu,sejak 1965,jika aku tak salah
mengingat, semoga tidak salah. Aku berdoa, semoga pada sisa umurku, sempat
membahagiakanmu.
Untukmu dua hari lagi, Selamat ulang tahun
Anakmu,
Cahya Bagus Mandalukita
4 comments :
greeaaattt...
waah,,ada kawan mampir niihh:D
bagus. mungkin besok anak laki2ku bisa nulis gini ya buat aku. hahaha..
jangan,,kamu bakal menyesali harapanmu itu nak,,hhehe
Post a Comment