Wednesday, April 3, 2013

Untukmu Dua Hari Lagi


Terlahir atas doanya, yang terdiam setiap kali sedikit kucabik hatinya dengan belati kata,tak berdarah memang. Luka dalam memang tak pernah mengucur, dia lebam dan membusuk, dosa besar yang sepertinya terus kutumpuk.

Wanita yang menjaga hasil perbuatan ayahku, berjuang sangat keras menunjukkanku sebuah dunia.

Aku menangis setiap kamu meninggalkan rumah, tangis yang menyayat luka hingga memeras darah, waktu itu aku belum tau jika kau banting tulangmu untuk sekedar membelikanku beras merah.

Aku tak ingat detailnya,tapi kamu tahu betul caranya memahat,dan kamu punya alasan yang sangat kuat kenapa tidak melukis kertas putihku, dan memilih memahat batu keras pada kepala batu. Lukisan akan hancur saat hujan, dan kusam karena panas, pahatan tidak. Dan kamu menangis saat memahat otakku dengan keras. Kamu pasti tau, kadang itu menyakitkan.

Langkah pertamaku ragu-ragu,satu dua tapak dan terjatuh lalu  menangis, sekitarku tertawa. Kamu mengangkatku,mencium keningku,dan tersenyum saja. Bahkan tangisku pun mungkin menyakitimu.

Umurku dua, ketika aku mulai belajar berkata,mungkin bukan namamu yang kuucap pertama, jujur tak satu adeganpun terekam dengan jelas pada balon ingatanku,sutradara tidak mengijinkanku menyimpannya,entah kenapa. Tapi rasanya saat itu kamu tetap bertepuk tangan gembira.

Kamu, memangkas sendiri rambutku, dan sedikit daun kupingku hingga umurku hampir sepuluh, masih berbekas potongannya pada telinga kananku, kenapa tak kau potong habis saja, sehingga tak ada hal yang membuatku rindu padamu.

Kamu memandikanku lewat tengah malam, rasanya ketika aku berumur lima. Aku menolak mentah-mentah ajakanmu untuk memandikanku saat senja, tepat sebelum matahari tenggelam. Jadi jangan salahkan aku jika aku hanya mandi sekali saat aku libur, sebenarnya aku menunggu kau mengguyurku tengah malam, tapi tak pernah lagi kau lakukan. Satu hal lagi, tentangmu yang kurindukan.

Dua kata yang tak pernah aku lupakan, apel dan garuda. Seorang anak kecil dengan cerdiknya menghapalkan gambar saat kau menyuruhku mengeja kata-kata pada buku berjudul “Belajar Membaca”.  Aku tak pernah bisa mengejanya saat itu, jadi kuhapalkan saja gambar di atasnya,setiap kau tunjuk ejaannya, aku menjawab dengan lantang. Siapa yang tak tau jika itu gambar apel dan burung garuda. Memang benar kata orang-orang,kecerdasan anak laki-laki selalu menurun dari inang betina,dan kamu tersenyum, menutup gambar-gambar itu, dalam sekejap,aku menjadi anak kecil dengan intelektualitas paling tengkurap sedunia.

Entah nenek sihir mana yang merasukimu, kamu menyuruhku mempelajari buku itu semalaman, hanya lampu mejaku yang tak kau matikan, lalu aku belajar mati-matian, juga menangis tentu saja. Rasanya aku ingat betul jika aku tertidur di meja,dan paginya,kamu sudah ada di sampingku,pada dipan paling nyaman dari istana kerajaan dongeng manapun, kamu tidur, memelukku.

Cinta pertama yang mengajariku rasanya malu-malu saat ada kecupan pada pipi, saat itu aku merasa orang paling dewasa di dunia,sekarang aku tau,orang dewasa akan merindukan saat sosok sepertimu mengecup kening mereka.

Saya pergi empat tahun yang lalu, alih-alih menuntut ilmu,aku lebih merasa menjadi benalu,lintah kubangan kerbau yang tak berhenti memaksamu bekerja lebih keras memenuhi kebutuhanku disini.
Sejak itu,aku dan kamu,cinta pertamaku,sampai sekarang kita menjalani cinta jarak jauh.

Dunia ini aneh, aku tak mengerti cara Tuhan menyusun kertas kerja atas hidupku,dulu, aku sangat ingin memiliki ruanganku sendiri,berkuasa atas kotak kosong yang saat itu sangat jarang kusinggahi,ya,semua orang dewasa yang kulihat punya kotak besar kerajaan mereka sendiri. Dan sekarang,setiap kali aku kembali padamu,tak pernah sekalipun aku melewatkan tidur dengan memelukmu, di kamar yang sangat ingin aku tinggalkan,tujuh tahun yang lalu.

Hari ke enam pada bulan ke empat kamu akan merayakan saat 48 tahun sudah Tuhan tak lelah mengurangi umurmu,sejak 1965,jika aku tak salah mengingat, semoga tidak salah. Aku berdoa,  semoga pada sisa umurku, sempat membahagiakanmu.

Untukmu dua hari lagi, Selamat ulang tahun
Anakmu,


Cahya Bagus Mandalukita

4 comments :

diazarhie said...

greeaaattt...

cahyabagus said...

waah,,ada kawan mampir niihh:D

dania lukitasari said...

bagus. mungkin besok anak laki2ku bisa nulis gini ya buat aku. hahaha..

cahyabagus said...

jangan,,kamu bakal menyesali harapanmu itu nak,,hhehe

Post a Comment

Twitter Bird Gadget