Thursday, July 25, 2013

Kepadanya Kutuliskan sebuah perihal

Kaki Bangku Sekolah Dasar, yang kupahat kepadanya namaku dengan gunting,sebuah nama yang mungkin sekarang telah terukir pada tiang-tiang kandang ayam, atau ikut terbakar saat si penjaga sekolah membakar ikan.
...
..
.
Induk ayam, berkotek sangat ribut pagi tadi, mengabarkan kelahiran telur-telurnya,sekiranya aku peduli.
...
..
.
Daun kembang sepatu, mati-matian bertahan untuk tak gugur karena mencintai seekor kepompong pada ranting coklat tua yang masih setia menopangnya.
...
..
.
Sepasang ikan mas koki, dalam akuarium kaca bulat milik sepasang kekasih yang telah saling meninggalkan, tak seorangpun mempedulikan nasib mereka berdua.
...
..
.
Parasit Malaria, mereka membuatmu tubuhmu menggigil, perutmu mual seperti ada kupu-kupu sebesar sepasang telapak tangan mendesak ingin keluar, sendimu linu melepaskan semua tulang yang belum sempat kau banting mencari recehan, seperti jiwa yang sedang jatuh hati, dan mereka benar-benar merusak hati, ginjal, pun lambung.
...
..
.
Sepucuk surat cinta, dituliskan oleh seorang gadis baru tamat sekolah menengah pertama, untuk kakak kelas yang setaun kemudian pergi meninggalkannya,juga melupakannya. Tersimpan rapi pada kotak tupperware bekal anak SD. Masih wangi.
...
..
.
Segenggam recehan, yang dikumpulkan pada bekas kaleng keripik, benar-benar seperti harta karun bajak laut, hanya tidak terpendam. Suatu saat akan membuat susah penjaga warung di ujung jalan saat kubawa untuk membeli keripik yang sama.
...
..
.
Selipatan biru, yang mati-matian bersembunyi pada ujung paling dalam sakumu, bersembunyi makin dalam saat kau rogohkan tangan pada lipatan celanamu, hal  yang susah payah dilakukan hanya untuk menanti saat yang tepat menyelamatkanmu dan membuatmu tersenyum lebih lebar daripada saat kau paksakan ketika patah hati.
...
..
.
Irama, yang didengar begitu indah saat jatuh cinta, lagu yang sama berdendang begitu kelu saat hati yang sama patah.
...
..
.
Teriakan histeris, para suporter fanatik klub sepakbola Inggris yang begitu gembira saat tim nasionalnya sendiri habis dipecundangi.
...
..
.
Sebulir air mata seorang gadis pengamen kecil, menatap bulan dengan perut lapar. Recehannya tercecer saat berdesak-desakkan di atas kereta ekonomi  diesel saat pekerja kelas menengah Jakarta pulang mengais recehan yang lebih besar.
...
..
.
Senandung rintik hujan pagi ini, hujan mengejan merintikkan airmata menjadi pelangi pada arah kiblat. Sedang induk ayam yang kemarin berceloteh, sekarang sudah bungkam, pagi ini terlalu dingin.
...
..
.
Kabut, turun merengut, gerimis, merintik menangis, keduanya menjadikan pagi ini sendu, kesedihan palsu seekor belatung yang menggeliat pada bangkai musang di halaman belakang.
...
..
.
Suara mesin pencetak berkas, yang tak akan kamu mengerti walaupun kujelaskan berulang kali. giginya berisik, bergemelatuk sedari pagi. Sibuk meludah pinang hitamnya pada kertas putih rangkap tiga.
...
..
.
Rindu yang kutumpuk, tak perlu pupuk, semua rumput yang tak kusiangi menjadi penyamaran yang tak tersaingi. Tak ada yang tau aku merindukanmu, saat kau mengapit lengan kekasihmu dan mengintip dibalik punggungnya. Kecuali aku, kaku.
...
..
.
Amarah ramah,sepasang tangan kecil menjamah sepasang payudara tempat mengucurnya air susu untuk anak dari seorang ayah bejat yang meninggalkan rumah dan memeluk seorang perempuan lain di ujung jalan.
...
..
.
Dan semua bidak budak bedak yang menutupi wajahnya dengan topeng tepung, putih dan patuh. tolong hentikan, kamu cantik saat kain yang menutupi rambutmu kembali kau tarik, berhenti melemparkannya pada lemari kayu, kamu membuat wajahmu sayu,tak lagi ayu.



Cahya Bagus Mandalukita

4 comments :

Unknown said...

Not sure if this piece of art was done by you haha.. Kidding! i heart it

cahyabagus said...

aahahahhaa,,km mah ga pernah percayaa,,hihi

Unknown said...

Haha.. klo ngobrol ga kyk gini soalnya. nyadur ya? *curiga kebablasan*
well keep writing timika boy! :D

cahyabagus said...

ahhahaha,,iya fir,gue nyadurrr,,nyadurrrrr........

Post a Comment

Twitter Bird Gadget