Friday, April 25, 2014

Surat Air Laut




Kuputuskan menulis surat pendek ini dan melipatnya menjadi sebuah pesawat kertas. Jika aku menjadi cukup sabar, akan lebih baik jika kularung saja surat ini kepada laut, melipatnya menjadi sebuah perahu. Entah, sebenarnya aku juga sudah lama sadar bahwa laut lebih romantis. Kubayangkan kamu akan menerima surat ini dan membuka lipatan-lipatannya seperti membuka pintu bahtera Nabi Nuh. Dari dalamnya keluar rindu dan harapan berpasang-pasangan yang membisikkan sebesar apa aku mencintaimu. Tapi kurasa tidak bisa. Sayang, aku bukan seorang yang cukup sabar. Dari tempatku berdiri sekarang menuju tempatmu berbaring telungkup saat membaca surat ini jaraknya sangat jauh, terlalu jauh. Lagipula, kurasa kertas terlalu mencintai air. Mereka tak boleh terlalu lama bercengkrama. Aku takut pada perjalanannya kertasku tak mau menuju padamu. Aku takut dia lebih memilih untuk bersatu dengan kekasihnya, air laut. Jika sudah begitu maka sepertinya aku akan lebih dari sekedar kecewa

            Jujur saja kukatakan padamu, aku tak berharap terlalu banyak tentang kesanmu saat membaca surat ini. Bahkan pada pikiranku, pesawat kertas ini akan jauh dari kondisi sempurna saat sampai di tanganmu. Bisa jadi ekornya akan terbakar oleh senjata kilat Zeus, atau sobek sedikit pada sayapnya karena angin sisa-sisa jejak Si Hermes saat lari Entah dari kejaran apa, mungkin dari Athena karena mencuri panahnya, atau dari waktu yang semakin menipis saat dia mengantarkan surat cinta Herakles untuk kekasihnya di Gunung Olimpus, Hebe. Harapanku hanya satu, semoga kata-kata di dalamnya masih bisa kamu nikmati selagi hangat.

Kamu tentu tau, setiap harapan digenggam oleh pengagum bernama kekhawatiran. Pengagum yang selalu membalur harapan dengan rapat, seperti remah roti renyah pada tempura kegemaranku. Iya, aku mengkhawatirkan kegigihan kekasih pesawat kertasku, air laut. Dia berjuang mati-matian untuk mengunjungi suratku. Kukira sudah cukup jauh aku memisahkan mereka. Tapi air laut ternyata memohon pada Matahari untuk membantu menyapa kertas terkasihnya. Aku heran darimana cinta yang seperti itu datang hingga syarat berat dari Matahari dianggukkan oleh air laut. Matahari bersedia mengangkat air laut menjadi awan untuk bertemu dengan pesawat kertasku, tapi pada pandangan mereka yang pertama, air laut akan jatuh menjadi hujan. Tak cukup, setelahnya Matahari akan menciptakan pelangi yang begitu indah, lalu setelah itu air laut akan kembali dilupakan.

Aku ingat kamu sempat begitu jatuh cinta pada perahu kertas. Sempat milikku hanya sebuah video kamu dan jari-jarimu memainkan lagu dengan judul yang sama dengan sesuatu yang sempat sangat kamu cintai tadi. Saat itu tak kutahu alasannya kenapa kamu bisa jatuh cinta. Bau air laut pada pesawat kertasku pasti membuatmu kembali mengingat perahu kertasmu. Kurasa kamu tidak perlu mengirimkan surat balasan untuk surat jelek yang kukirimkan ini. Kumohon nyanyikan saja lagu perahu kertas itu dengan iringan piano milikmu. Selain untukku, aku ingin menyampaikan penghormatanku atas pelajaran cinta dari air laut. Angin yang membawa pesawat kertasku padamu juga sudah bersedia membantuku mengantarkan lirih nada lagu itu untuk air laut. Bersediakah kamu?

Akumu

Saya membuat surat ini setelah membaca sebuah surat lama saat blogwalking. Surat itu sudah dibuat tahun 2011, surat itu bisa dibaca di sini.
 


0 comments :

Post a Comment

Twitter Bird Gadget