Kuputuskan menulis surat pendek ini
dan melipatnya menjadi sebuah pesawat kertas. Jika aku menjadi cukup sabar, akan
lebih baik jika kularung saja surat ini kepada laut, melipatnya menjadi sebuah
perahu. Entah, sebenarnya aku juga sudah lama sadar bahwa laut lebih romantis.
Kubayangkan kamu akan menerima surat ini dan membuka lipatan-lipatannya seperti
membuka pintu bahtera Nabi Nuh. Dari dalamnya keluar rindu dan harapan
berpasang-pasangan yang membisikkan sebesar apa aku mencintaimu. Tapi kurasa
tidak bisa. Sayang, aku bukan seorang yang cukup sabar. Dari tempatku berdiri
sekarang menuju tempatmu berbaring telungkup saat membaca surat ini jaraknya
sangat jauh, terlalu jauh. Lagipula, kurasa kertas terlalu mencintai air.
Mereka tak boleh terlalu lama bercengkrama. Aku takut pada perjalanannya kertasku
tak mau menuju padamu. Aku takut dia lebih memilih untuk bersatu dengan
kekasihnya, air laut. Jika sudah begitu maka sepertinya aku akan lebih dari
sekedar kecewa
Jujur saja kukatakan padamu, aku tak
berharap terlalu banyak tentang kesanmu saat membaca surat ini. Bahkan pada
pikiranku, pesawat kertas ini akan jauh dari kondisi sempurna saat sampai di
tanganmu. Bisa jadi ekornya akan terbakar oleh senjata kilat Zeus, atau sobek
sedikit pada sayapnya karena angin sisa-sisa jejak Si Hermes saat lari Entah
dari kejaran apa, mungkin dari Athena karena mencuri panahnya, atau dari waktu
yang semakin menipis saat dia mengantarkan surat cinta Herakles untuk kekasihnya
di Gunung Olimpus, Hebe. Harapanku hanya satu, semoga kata-kata di dalamnya masih
bisa kamu nikmati selagi hangat.
Kamu tentu tau, setiap harapan
digenggam oleh pengagum bernama kekhawatiran. Pengagum yang selalu membalur
harapan dengan rapat, seperti remah roti renyah pada tempura kegemaranku. Iya,
aku mengkhawatirkan kegigihan kekasih pesawat kertasku, air laut. Dia berjuang
mati-matian untuk mengunjungi suratku. Kukira sudah cukup jauh aku memisahkan
mereka. Tapi air laut ternyata memohon pada Matahari untuk membantu menyapa
kertas terkasihnya. Aku heran darimana cinta yang seperti itu datang hingga
syarat berat dari Matahari dianggukkan oleh air laut. Matahari bersedia
mengangkat air laut menjadi awan untuk bertemu dengan pesawat kertasku, tapi
pada pandangan mereka yang pertama, air laut akan jatuh menjadi hujan. Tak
cukup, setelahnya Matahari akan menciptakan pelangi yang begitu indah, lalu
setelah itu air laut akan kembali dilupakan.
Aku ingat kamu sempat begitu jatuh
cinta pada perahu kertas. Sempat milikku hanya sebuah video kamu dan
jari-jarimu memainkan lagu dengan judul yang sama dengan sesuatu yang sempat
sangat kamu cintai tadi. Saat itu tak kutahu alasannya kenapa kamu bisa jatuh
cinta. Bau air laut pada pesawat kertasku pasti membuatmu kembali mengingat
perahu kertasmu. Kurasa kamu tidak perlu mengirimkan surat balasan untuk surat
jelek yang kukirimkan ini. Kumohon nyanyikan saja lagu perahu kertas itu dengan
iringan piano milikmu. Selain untukku, aku ingin menyampaikan penghormatanku
atas pelajaran cinta dari air laut. Angin yang membawa pesawat kertasku padamu
juga sudah bersedia membantuku mengantarkan lirih nada lagu itu untuk air laut.
Bersediakah kamu?
Akumu
Saya membuat surat ini setelah membaca sebuah surat lama saat blogwalking. Surat itu sudah dibuat tahun 2011, surat itu bisa dibaca di sini.
Akumu
Saya membuat surat ini setelah membaca sebuah surat lama saat blogwalking. Surat itu sudah dibuat tahun 2011, surat itu bisa dibaca di sini.
0 comments :
Post a Comment