Sunday, April 6, 2014

Tentang Sebuah Kata Maaf

      Kemarin ada hal yang membuat saya benar-benar kaget, seorang teman bercerita jika dia sedang merasa ada yang salah dengan sebuah kata maaf yang tertulis dengan sangat tegas pada halaman chating miliknya. Percakapan itu ditulis oleh seorang gadis, katanya. Seorang gadis yang dia perjuangkan hidup-hidup, karena memperjuangkan seseorang mati-matian itu bodoh. Bodoh, karena setelah mati, maka perjuangan itu akan habis. hasilnya tidak akan pernah benar-benar dia panen. Jadi buat apa berjuang jika kemudian kamu mati? begitu katanya. Hahahaha, alasan yang sangat realistis dengan perhitungan yang sangat cermat saya rasa. Ya, pemikiran seperti ini yang saya suka, dia gila! Romansa melankolis sudah tidak laku baginya, atau mungkin dia seorang penipu yang menyimpan kebenaran dengan sangat rapi. Yang manapun kebenarannya, tetap saja saya tidak mengerti, kenapa kata maaf bisa membuatnya merasa jika ada sesuatu yang salah?
             
     Bukannya memang karena ada sesuatu yang salah lalu ada suatu kata yang dia sebut "maaf" tadi? Lalu setelahnya bukankah sesuatu yang salah itu seharusnya dilupakan atau kembali di simpan dalam peti untuk kembali diungkit saat ada kesalahan yang sama terulang lagi? Atau bisa jadi saat kita mengangguk atas permintaan maaf seseorang, lalu berkata pada mereka untuk melupakannya, saat itu kita sendiri tidak pernah benar-benar melupakan kesalahan itu? Kita hanya menyimpannya pada sebuah peti lalu menyimpan kuncinya pada tempat yang paling mudah untuk digapai. Sehingga suatu saat, peti itu dapat dengan mudah dibuka dan membuat kita mengingat sebuah luka lama? Lalu mengatakan pada mereka seperti seorang hakim, "Ini kali kedua kamu melakukan salah yang sama!" dan kelanjutannya bisa dengan mudah ditebak, kita tidak bisa memaafkan unutk kedua kalinya, atau membuat perjanjian tidak tertulis jika kita tidak akan memaafkannya lain kali, lalu kejadian-kejadian di atas akan terulang lagi.

    saya pernah mencoba meletakkan sebuah kesalahan pada sebuah peti, tapi dasar saya yang pelupa, saya selalu lupa meletakkan kuncinya di mana. Karena itu setiap seseorang bertanya, "Apa pernah aku melukaimu?" 

     Jawabanku selalu sama, "Entahlah, rasanya tidak pernah." Selalu begitu. Hahahaha, dasar aku pelupa yang bodoh.

    Kembali pada cerita temanku tadi, dia bercerita dengan sangat fasih. Seorang gadis yang tadi dia katakan sebagai "sebuah perjuangan", mengatakan maaf padanya. Sebabnya? Gadis itu tak mengatakan apapun tentang sebabnya. Temanku ini bukan orang bodoh, tentu saja dia mencari tau. Kebanyakan gadis bukan penyimpan rahasia yang baik, mereka dengan mudah mengatakan kebenaran lewat hal-hal yang tersirat dari perilaku mereka. Ya, mereka suka memberi pengumuman setengah-setengah tentang sesuatu, lalu membiarkan seseorang mencari tau, atau hanya melakukan tebak-tebak berhadiah. Hanya saja, kebanyakan pria yang tidak sedang jatuh hati tidak pernah ingin mencari tau, dan kebanyakan pria yang terlalu jatuh hati, terlalu banyak mencari tau dan terlalu banyak menebak-nebak. Maka dari itu kebanyakan gadis mengatakan seorang pria tidak pernah cukup mengerti dan seorang pria yang lain sangat mengganggu. 

     Temanku ini sedang jatuh hati, hanya saja tidak terlalu jatuh hati. Jadi dia mencari tau, kemudian menebak-nebak. Lalu dengan sangat percaya diri mendeklarasikan hasil pengamatan dan tebakan itu pada gadis yang meminta maaf padanya tadi. Tebakannya jitu, dan semua pengamatannya benar. Lalu temanku itu berkata, "Tidak ada yang perlu dimaafkan atau dimintakan maaf." 

     Sekarang kubiarkan kalian menebak-nebak. Aku tau kalian tidak sedang jatuh hati, dan aku bukan wanita atau seseorang yang kamu cintai, tentu saja aku bukan seseorang yang membuat kalian ingin mencari tau. Setidaknya dengan menebak-nebak, kalian tau rasanya menjadi seseorang yang jatuh hati. Atau buatkan saja aku sebuah akhir cerita dari kata "maaf" tadi. Sebuah kata yang sering sukar kita persembahkan, juga sangat sulit benar-benar kita terima.

       Biar kuberi satu petunjuk, 

"Karenanya aku tidak pernah benar-benar meminta padamu, karena kamu juga kurasa tidak akan pernah benar-benar memberikannya padaku." Kata-kata ini adalah ucapan terakhir percakapan yang kubaca.


        NB: untuk kawanku jika kamu membaca ini, Maafkan saya, saya berjanji tidak akan ada yang tau siapa dirimu.
                           

0 comments :

Post a Comment

Twitter Bird Gadget