Ditinggalkan sang raja siang, sendiri bersama dengan cekat
dingin malam, menanti embun menyejukkan.
Bangku kosong taman, mempertanyakan keadilan. Menemani
pasangan berpelukan, lalu dengan cepat ditinggalkan ketika hujan. Melihat pasangan berjalan perlahan dibawah teduh payung
kenangan.
Bangku kosong taman, bahkan bintang memerlukan pekat malam
untuk memanjakan mata. Dan awan lembut mampu menaklukkan amarah surya. Mengertilah, gelap tidak buruk, dan tidak ada alasan untuk
terpuruk.
Bangku kosong taman, semua yang terjatuh harus berdiri
sebelum berlari. Semua luka dicipta dengan perih. Tapi sadari, mereka pasti
mengering, bahkan bekasnya akan menjadi cerita dengan dua cara, penuh tawa
atau dengan bangga.
Bangku kosong taman, mereka yang pergi tak perlu
ditangisi. Bukan untuk disesali. Bukankah sejak awal mereka tidak pernah benar- benar kau miliki?
Bangku kosong taman, umurmu telah ditentukan. Sisanya
adalah pilihan. Mulai berjalan perlahan, atau tersungkur terpuruk. Kubur
dirimu sendiri dalam kesedihan.
Bangku kosong taman, mereka yang pergi saling mendekap pelukan, relakan saja dengan senyuman. Jangan juga mengasihi mereka yang berjalan lesu sendirian, suatu saat mereka akan kembali
berpasangan.
Hei bangku kosong taman, sudah cukup kamu bertanya. Terlalu banyak aku bercerita. Percaya saja, semua cerita
berakhir bahagia.
Padamu, dariku, untuk mereka, bersama kita, Dia
Cahya Bagus Mandalukita
0 comments :
Post a Comment